“KALENG KERUPUK” 27
Walaupun julukannya “kaleng kerupuk” namun kaleng kerupuk yang satu ini tidak bisa dianggap remeh jasanya. Banyak “buruh migran” dari Bekasi ke Saat Ramadhan 2008 lalu, pas jam pulang kantor jalan-jalan utama Jakarta bak ketumpahan lautan manusia yang baru keluar kantor. Semua berbondong-bondong, berburu-buru supaya cepat sampai di rumah mereka masing-masing dan bisa buka puasa bersama keluarga mereka. Sehingga sang kaleng kerupuk ini pun di minati banyak penggemarnya sampai bahkan kadang-kadang memenuhi kapasitas tampungnya. Pernah satu kali saya nekat masuk kedalam kaleng kerupuk yang penuh sesak itu, berada ditengah-tengahnya, berdiri dan keadaan jalan sedang macet pula serta saya sedang shaum. Tidak disangka, tidak dinyana, saya merasa pusing, terus menguap, dehidrasi, otak kekurangan oksigen , pandangan mulai kabur dan gelap. Entah kenapa kondisi saya jadi begitu nge-drop saat itu. Karena saya tidak mau pingsan di dalam kaleng kerupuk itu, saya memutuskan untuk segera keluar dari tempat itu, walaupun saya mesti berusaha keras untuk bisa keluar dari sana, karena banyak orang disekeliling saya yang tidak memberi jalan karena sempitnya jalan karena penuh sesaknya keadaan. Tapi saya tetap memaksa untuk bisa keluar dari sana. Akhirnya dengan penuh perjuangan saya berhasil keluar. Menghirup udara segar, memasukkan oksigen kembali ke dalam otak saya dan perlahan-lahan pandangan saya pun mulai terang dan bisa mendeteksi keadaan disekeliling saya. Untuk beberapa lama waktunya, saya berdiam diri memulihkan keadaan. Setelah keadaan saya sudah cukup baik saya kembali memutuskan untuk meneruskan perjalanan. Semula saya tidak mau lagi menggunakan kaleng kerupuk itu tapi ternyata saya menemukan kaleng kerupuk lain namun dengan keadaan yang jauh lebih baik. Masih kosong dan saya masih bisa duduk. Waaah senangnya...Namun akibat insiden kecil itu, saya terpaksa berbuka puasa di jalan. Sejak saat itu, saya agak trauma kalo mesti menggunakan kaleng kerupuk itu lagi apalagi jika keadaan sudah sangat penuh dan saya harus berdiri. Makanya diusahakan, sebisa mungkin untuk mendapatkan kaleng kerupuk yang masih kosong yang walaupun untuk itu saya mesti berjalan agak jauh. Yach begitulah suka duka seorang buruh migran yang mencari sesuap nasi dan sepiring berlian di kota gula yang dikerubuti banyak semut-semut dari daerah ini. Betapapun keadaan sang kaleng kerupuk itu, tetap saja jasanya sangat besar bagi kami. Sang kaleng kerupuk itu adalah bis patas 27 non AC jurusan Bekasi-Blok M wp@31102008
2 comments
ga pake busway aja, wahyu? anyway, saya pernah juga naik busway dari daerah thamrin ke blok M, hmmm.... agak mengkhawatirkan konstruksi halte busnya....
ReplyDeleteBusway?gak ada busway dari Bekasi ke Jakarta mba
ReplyDelete