Start: | Dec 25, '08 5:00p |
End: | Dec 27, '08 7:00p |
Location: | Pangandaran |
Rating: | ★★★ |
Category: | Books |
Genre: | Literature & Fiction |
Author: | Andrea Hirata |
Setelah cukup lama menanti kemunculan novel yang merupakan tetralogi Laskar Pelangi yang terakhir ini, akhirnya bulan Desember 2008 ini, telah di launching novel Maryamah Karpov karya Andrea Hirata, setelah penundaan kemunculan novel ini menanti film Laskar Pelangi di tayangkan. Saya memiliki seluruh buku tetraloginya, saya juga telah melihat filmnya. Filmnya bagi saya memang tidak sebegitu menarik seperti yang digemborkan, tidak seperti bayangan imajinasi saya saat membaca novelnya. Namun hal itu memang dapat dimaklumi karena persepsi setiap pembaca berbeda dalam memahami sebuah buku. Tapi film ini sudah cukup bagus jika dibandingkan dengan film-film Indonesia lain yang beredar saat ini.
Bagi saya, novel terakhir Andrea Hirata ini kurang gregetnya. Diantara tetraloginya, saya paling menyukai Edensor, seri ketiganya. Dan jika saya urutkan berdasarkan tingkat kesukaan saya, jadinya akan seperti ini : Edensor, Laskar Pelangi, Maryamah Karpov dan Sang Pemimpi.
Isi cerita dalam Maryamah Karpov tidak menggambarkan keseluruhan isinya. Nama Maryamah Karpov hanya muncul sedikit dalam bukunya.
Maryamah Karpov merupakan tetralogi terakhir Laskar Pelangi dan juga (katanya) merupakan karya terakhir dari Andrea Hirata. Menurut kabar angin yang beredar, Andrea berniat mengundurkan diri dari dunia kepenulisan, suatu keputusan yang disayangkan banyak pihak. Kabarnya Andrea mengundurkan diri dari kepenulisan karena beliaunya hendak menyepi dari hiruk pikuk selebritas. Andrea merasa kurang siap atas ketenaran yang secara tiba-tiba hinggap dalam hidupnya. Andrea yang semula berasal dari keluarga yang biasa saja, Andrea yang memiliki kehidupan yang biasa saja tiba-tiba harus berhadapan dengan ketenaran yang menerpanya. Dan imbas dari ketenaran itu, Andrea juga sempat dilanda gosip. Kehidupan adem ayem yang biasanya menemaninya berubah menjadi kehidupan hectic dimana tak ada lagi tempat untuk ruang privasinya.
Kisah dalam Maryamah Karpov merupakan kisah hidup Andrea pasca menyelesaikan studi masternya di Perancis. Andrea kembali tinggal di kampung halamannya di Belitong. Cerita terus berlanjut mengenai lika-liku kehidupannya di Belitong termasuk juga pencariannya terhadap A Ling. Demi A ling, Ikal, nama kecil Andrea, kembali rela menemui Tuk Bayan Tula ditemani Mahar dan 3 orang lainnya. Pencariannya kali ini menggunakan perahu yang dibuat sendiri oleh Ikal dibantu tentu saja oleh sang jenius, Lintang. Perahu yang diberi nama Mimpi-mimpi Lintang tersebut dibuat dengan sepenuh hati oleh Ikal dengan tangannya sendiri walau harus dianggap remeh oleh orang sekampungnya, bahkan dijadikan taruhan.
Dalam novel ini, Andrea banyak bercerita tentang kebiasaan orang-orang Belitong yang terdiri dari berbagai macam suku yang memiliki kebiasaan yang aneh dan berbeda-beda.
Jika di novel sebelumnya, alur berjalan begitu cepat, di novel terakhir ini, alur cerita berjalan agak lambat. Andrea banyak memberikan deskripsi tentang banyak hal: orang, tempat, keadaan sehingga menjadikan alurnya terasa melambat. Namun masih dengan gaya seorang Hirata, ceritanya juga dibumbui dengan gaya yang lucu.
Tapi saya tidak begitu suka ending dari novel kali ini. Endingnya dibuat menggantung dan tidak jelas membuat pembaca menjadi penasaran. Hal ini menjadikannya tidak menarik, seolah penantian selama 3 buku sebelumnya menjadi sia-sia. Ending yang tidak bahagia justru disaat-saat seharusnya ending itu seharusnya menjadi bahagia. Mengecewakan. Penasaran. Sebel. Sedih. Begitulah kira-kira perasaan saya setelah menyelesaikan lembar terakhir dari novel Maryamah Karpov ini. Seakan-akan saya masih mengharapkan ada lembar lain lagi setelah lembar terakhirnya, ada kata-kata dan kalimat-kalimat lain yang menutup tetralogi itu, ada kisah lain yang mengakhiri kisah Ikal itu, ada ending lain yang bisa jauh lebih baik dari tetralogi Laskar Pelangi yang pamungkas ini.
Beginikah akhir dari seluruh perjuangan, penjelajahan, pencarian atas cinta dan mimpi-mimpi?
wp@16122008
Akhirnya setelah hampir 1 tahun berjibaku dengan segala aktivitas di FLP Bekasi, Ahad,
Kurang lebih satu tahun lalu, saya kenal di dunia maya dengan Mba Wiwiek. Kenal dari seorang kenalan di dunia maya juga. Mba Wiek yang menjabat sebagai Ketua FLP Bekasi setelah berbasa-basi sebentar denganku kemudian dengan sigapnya segera menodongku untuk mengikuti kegiatan Inagurasi FLP Bekasi angkatan IV. Kalo dulu seeh saya membayangkan bahwa Inagurasi itu adalah acara full hiburan, musik dan semacamnya karena itulah yang terlekat di benak saya tentang Inagurasi. Waktu masih kuliah dulu, baik jurusan, fakultas maupun universitas di kampusku kalo mengadakan inagurasi ya pasti acara hiburan full musik. Nah kukira inagurasi FLP Bekasi adalah kegiatan macam itu ternyata bukan. Inagurasi FLP Bekasi hanya semacam pengukuhan status anggota baru FLP Bekasi.
Inagurasi angkatan IV tahun lalu semula akan diadakan di TMII, ternyata pada detik-detik terakhir, tujuannya di alihkan jadi ke taman bunga Mekarsari. Ya anyway, tetep aza pengen ikut. Kalo saya boleh membandingkan antara Inagurasi IV dan V adalah sebagai berikut (kayak bikin makalah aza bahasanya???) :
Dari segi biaya, Inagurasi angkatan IV lebih murah dari angkatan V. Angkatan IV Cuma 35 ribu, sedangkan angkatan V, 75 ribu! Mahal bo’! Cuma selisih satu tahun tapi peningkatan biayanya koq sampe lebih dari 100% yaa?!
Trus tujuannya juga, saya rasa lebih bagus saat inagurasi IV. Taman Bunga Mekarsari, cantik, indah. Sedangkan inagurasi V di Situ Gintung, Ciputat menurut saya biasa saja. Bayangkan, biaya rekreasi dalam
Masalah waktu, waah tetep aza ngaret. Pas Inagurasi IV, peserta diminta hadir maksimal jam 8 pagi, kalo telat ditinggal, gitu ancamannya. Berhubung waktu itu saya peserta baru, saya datang on time, jam 7.30 dah nangkring di Masjid Muhajirin eeeh sampai sana tak satu pun batang hidung dari panitia yang tampak. Akhirnya kita baru beranjak dari Muhajirin sekitar jam 9-10an. Pas Inagurasi V juga begitu. Mba Wiek tetap dengan ancamannya, “kumpul di Muhajirin jam 7.30 teng, yang telat ditinggal!”. Tapi berhubung sudah pengalaman dengan inagurasi sebelumnya, saya tak ambil pusing dengan ancaman Mba Wiek kali ini. Karena saya yakin pasti akan tetep ngaret juga. Akhirnya disuruh kumpul jam 7.30 di Muhajirin, saya justru baru berangkat dari rumah jam 7.30, he..he..Dan itupun setelah sampai Muhajirin sekitar jam 8, mba Wiek belum tampak. Akhirnya bus pun baru melaju sekitar jam 9.30an.
Pesertanya juga lebih banyak saat inagurasi IV. Kayak saya yang belum jadi anggotapun ikut beserta rombongan yang berhasil saya rekrut (doorprize buat saya mana neeh?)
Acaranya juga lebih bervariasi inagurasi IV dibandingkan inagurasi V. Di Inagurasi IV, ada pengenalan tentang FLP, sejarahnya, pengurusnya, juga perkenalan antar anggota. Selain itu ada juga acara pelatihan motivasi, kompetisi yel-yel, naik kereta keliling Mekar sari, acara bebas dll. Kalo di Inagurasi V, acara banyak terkuras untuk materi oleh Arul Khan alias Kang Arul. Well, yang ini lumayan bagus juga seeh. Sebenernya Arul Khan dah mau diboyong saat Inagurasi IV namun entah karena sebab apa, beliaunya batal hadir. Akhirnya baru sempet dihadirkan saat Inagurasi V (mo ketemu kang Arul aza mesti nunggu 1 tahun euy!). Kang Arul kasih materi cukup bagus tentang dunia kepenulisan. Beliau mengatakan bahwa jika kita ingin menulis jadilah penulis yang bisa menulis apa saja. Kita jangan hanya mengandalkan untuk jadi penulis buku, padahal ada banyak profesi lain yang berhubungan dengan dunia kepenulisan. Kita bisa jadi penulis kolom, opini, puisi, script writer, copy writer dll. Kata kang Arul, kalo menulis buku, kita harus buat naskah yang lumayan panjang dan banyak, yang membutuhkan waktu cukup lama. Kemudian harus memasukkan ke penerbit yang itupun butuh waktu lama untuk konfirmasi diterima atau tidak naskahnya dan itupun belum tentu naskah kita bisa langsung diterima di satu penerbit. Klo tidak diterima di satu penerbit, kirim lagi ke penerbit lain. Semuanya itu membutuhkan energi yang cukup besar, waktu yang tidak sebentar dan kesabaran yang luar biasa. Padahal selain menjadi penulis buku, kita bisa jadi penulis lainnya. Ada banyak kesempatan di koran lokal maupun nasional untuk tulisan-tulisan pendek. Bisa menulis opini di kompas atau republika, puisi atau kolom atau rubrik lain di media-media cetak. Ada banyak rubrik yang terbuka yang bisa ditulis oleh orang umum. Peminatnya tidak begitu banyak, keputusan diterima atau tidaknya juga tidak begitu lama, energi yang dibutuhkan untuk menulis tulisan pendek itupun tidak begitu besar dan hasilnya pun lumayan jika kita konsisten untuk sering menulis dan mengisi rubrik di surat kabar. Pokoknya banyak hal yang bisa ditarik dari hasil diskusi dengan kang Arul. Kang Arul juga menyediakan beberapa souvenir berupa buku yang ditulis beliau dan juga software tentang kepenulisan bagi yang bertanya. Dan kebetulan saya kebagian salah satu bukunya kang Arul, Serial Gang Buntu 13, Hati yang Terluka.
Di Inagurasi V, setelah materi oleh kang Arul, kemudian diisi oleh ajang curhat anggota FLP. Setelah pada pertemuan sebelumnya, kita disebar kuisioner tentang FLP Bekasi, saat inagurasi itupun kita boleh curhat securhat-curhatnya mengenai FLP Bekasi. Intinya seeh kita Cuma pengen mba Wiwiek tetep jadi ketua FLP Bekasi, he..he..
Curhat tentang FLP Bekasi, pengurusnya, kegiatannya dan semua tentang FLP Bekasi. Setelah curhat mba Wiek langsung nodong anggota madya untuk mau jadi bakal calon ketua FLP Bekasi periode selanjutnya. Tapi ya intinya kita Cuma pengen mba Wiwiek tetep jadi ketua FLP Bekasi, abis dah kadung cinta seeh, he..he..
Walopun mba Wiek mengakui ada banyak kekurangan dalam kepengurusannya namun masih akan terus memperbaiki untuk kedepannya. Jadi, intinya kita Cuma pengen mba Wiwiek tetep jadi ketua FLP Bekasi, halaaah....
Sejak ikut inagurasi IV tahun lalu itu telah banyak kegiatan yang saya ikuti. Pelatihan rutin, bedah buku, rujak party, World Book Day, Lokakarya Puisi Dwi Bulanan (merasakan 2 kali puisiku di bedah), acara di FLP Bandung, buka puasa bersama, halal bi halal, Bekasi Berpuisi, bedah cerpen (cerpenku dibedah), Silahturahmi Nasional FLP, Pesta Blogger 2008 sampai ketemu lagi dengan Inagurasi V. Banyak pengalaman, pengetahuan dan teman yang telah saya dapatkan dengan bergabung dengan FLP Bekasi. Menjadi bagian dari FLP Bekasi merupakan suatu hal yang mencerahkan.
Semoga kedepannya FLP Bekasi bisa menjadi lebih baik lagi.
Mari kita dukung mba Wiwiek untuk tetep jadi ketua FLP Bekasi
wp@09122008