Akhirnya setelah terbengkalai selama 3 bulan, selesai juga tulisan ini. Thanks to temen2 seperjalanan : Robi, Rina, Rani, Fifin, Nina, Masda en Elisabeth; Hanin serta temen2 milis Indobackpacker (IBP) lainnya, pak Anang, kang Wawin serta semua pihak yang berkepentingan. Semua memberikan kesan tersendiri pada liburan kali ini.
“Look deep into nature then you will understand things better”
Kamis, 25 Desember 2008
Green Canyon, salah satu dari dream list ku, place that must be visited sejak beberapa waktu lalu, akhirnya bisa terealisasi juga. Satu per satu my dream list sudah bisa saya check list. Senangnya..
Melihat kalender akhir tahun di bulan Desember 2008, ada banyak sekali libur. Pikir punya pikir pengen meng-arrange liburan ke Green Canyon. Dari bulan November dah mulai sounding ngajak temen2 ke Green Canyon liburan Desember. Akhirnya saya tetapkan, klo acara ke Green Canyon tgl 25-28 Desember 2008. Tadinya banyak temen yang berminat mau ikut, tapi menjelang hari H, banyak yang membatalkan coz ada acara mendadak dan alasan2 lain.
Sampai 2 hari sebelum hari H, yang positif ikut baru 3 orang, waaah! Walopun tetep bertekad akan tetap berangkat apapun yang terjadi, Cuma mikir biayanya aza coz klo sedikit orang, biayanya akan membengkak dan sebaliknya, semakin banyak orang, biayanya bisa ditekan. Akhirnya, iseng2, coba lempar ke milis indobackpacker (IBP), kali aza ada orang yang nekat mo ikutan :-P. Eh ternyata ada, emelku ke milis IBP mendapat respon yang cukup baik. Ada beberapa aplikan yang tertarik utk join. Setelah melalui proses pertimbangan dll, akhirnya ada 3 orang dari IBP yang positif, dan yang 2 orang mengajak temannya lagi, jadi total tim green canyon kali ini ada 8 orang: 7 cwe, 1 cwo.
The team are: Wahyu_otree (IBP), Robi, Rina, Rani(IBP), Fifin(IBP), Masda, Elisabeth(IBP) en Nina. Wahyu ngajak Robi en Rina, Rani sendiri, Fifin bawa Masda, serta Elisabeth bawa Nina. Dan semuanya saya yang berhasil mengumpulkannya. (^_*)
Walaupun sempet mendapat beberapa peringatan, ada yang bilang musim hujanlah nti Green Canyonnya gak bagus, ombak lagi besar lah, takut tsunami lah etc. Tapi kita (tepatnya saya) tetap bertekad utk bisa berangkat. Klo masalah ajal mah, mo didarat, laut, udara, dikendaraan, dirumah, tempat tidur klo dah waktunya yaa gak bakal bisa dimundurkan dan sebaliknya klo belum waktunya walo gimana juga Insya Allah akan selamat. Yang penting niat baik, baca Bismillah, persiapan yang baik, berhati2 dan selanjutnya pasrah dech.
Rencana berangkat Kamis (25 dec, 4pm) en Minggu pagi tgl 28 dah sampe lagi di Bekasi. Pemberangkatan dan Meeting point memang di terminal Bekasi karena ada bis Budiman langsung Bekasi-Pangandaran, biayanya Cuma Rp. 55.000, non AC.
Janjian kumpul diterminal Bekasi jam 4 sore, di pos polisi terminal Bekasi, tempat teraman yang bisa dijadikan meeting point. Pertama yang muncul Fifin en Masda, belum pernah ketemuan sebelumnya, baru via chat, telp dan sms. Senangnya dapet kenalan baru. Robi juga dah nongkrong disana. Abis itu Rani dengan style casualnya. Selanjutnya muncul Rina. Rina itu temen SMAku, best friendku juga. Yang terakhir datang ada Elisabeth dan Nina, temen IBP juga. Satu sama lain belum ada yang saling kenal, Cuma Whyu, Robi en Rina aza yang dah kenal, yang lainnya ya baru copy darat saat itu juga. Lagi-lagi whyu berhasil mengumpulkan tim jjl yang baru dan yang belum saling kenal. Sebelumnya, wktu ke Rinjani, tim yang berhasil kukumpulkan juga belum saling kenal. Hm..whyu ada bakat bikin travel management neeh, ada yang mo order?(^_*)
Girls team without Robi on d bus before departure
Team without Rani on d bus before departure
Setelah menunggu beberapa waktu, dengan saling kenalan, rapat singkat sebelum keberangkatan di dalam bis, jajan gorengan, shalat maghrib akhirnya sekitar jam 18.30 WIB (Waktu Indonesia Bekasi), bis Budiman yang kami tumpangi meluncur dari terminal Bekasi diiringi gerimis hujan. Bis Budiman berangkat dari terminal Bekasi dalam keadaan penuh penumpang.
Sebenarnya saat kita berangkat itu adalah saat libur panjang,tapi kayaknya sepanjang perjalanan gak terlalu macet. Kita sempat istirahat di daerah Nagrek, sampai disana sekitar jam 21.30.
Jumat, 26 Desember 2008
Akhirnya setelah perjalanan sekitar 8 jam, kita pun sampai di Pangandaran jam 02.30 WIB bo’! Duuh, masih so early. Sampai disana kita dah disambut ma para tukang becak. Mereka selain menawarkan becaknya juga menawarkan jasa untuk mencarikan tempat menginap. Rencanaku semula, kita akan menginap di losmen mini 3, tapi ternyata harga penginapan disana melonjak jadi 3x lipat karena alasan liburan. Di Mini 3 semula Rp. 90.000/malam/kamar bisa buat bertiga + breakfast ternyata berubah menjadi Rp. 300.000/malam/kamar tanpa breakfast. Akhirnya sebelum berangkat, saya pun masih sempat searching tempat penginapan lain. Harganya Rp. 100.000/malam/kamar bisa buat berempat, dapat free extra bed tapi tanpa breakfast. Walau saya gak tau gimana kondisi tempat itu.Akhirnya setelah sempat bernego harga dengan para tukang becak, karena saya dapat info kalo harga per becak tuch Rp.10.000, tapi kebetulan karena kita sampai dini hari, dah gitu personil hampir sebagian besar cewe, Elisabeth mengeluh sakit pula, ada yang kelaperan waah riweh dech ma cewe2. Saya seeh sebenernya pengennya stay aza dulu diterminal ampe pagi karena kita pasti bisa melihat situasi dan keadaan dengan lebih jelas tapi mengingat banyaknya keluhan yaa akhirnya saya menelepon penginapan dan mereka setuju kami langsung datang walopun di pagi2 buta. Dan akhirnya naek becak dengan harga Rp. 50.000 utk 4 becak so harga per becaknya Rp. 12.500 katanya seeh Rp. 2500nya utk bayar masuk wilayah pangandarannya. Huuh, padahal ternyata pintu masuknya itu gak dijaga, dalam keadaan sepi dan penginapan kita itu ternyata gak jauh2 amat dari terminal! Ya sudlah. Sepanjang perjalanan itu tukang becaknya malah berusaha mengalihkan kita supaya tidak menginap ditempat kita itu karena letak penginapan kita itu ada di pantai timur katanya seeh pantai timur itu sepi lebih ramai di pantai baratnya. Mereka terus menawarkan untuk mengantar kita ke penginapan lain di pantai barat. Tapi karena tadi kita dah telpon ya kita datengi aza penginapan itu dulu. Abang becaknya juga bilang klo penginapan kita tuch sepi, serem dll lah. Ya saya serahkan keputusan pada tim. Akhirnya mereka mo liat dulu penginapannya.
Tampak depan penginapan pagi harinya dengan “penunggu”nya
Setelah sampai di penginapannya, emang bener seeh sepi, agak2 serem karena banyak pohonnya tapi cukup luas en banyak kamarnya. Setelah tim melihat kondisi kamarnya, mereka seeh ok-ok aza, mungkin karena dah lelah kali yaa, so mereka males klo mesti nyari2 penginapan lainnya, pasti akan membutuhkan waktu yang gak sedikit, padahal mereka mungkin dah pengen tidur lagi. Ya jadilah kita stay di penginapan itu. Kata pemilik penginapannya seeh sebenernya semua kamar itu dah dibooking tapi banyak yang baru mo datang esok harinya, so pas kita datang itu masih sedikit penghuninya disana. Kita memutuskan untuk sewa 2 kamar. Kamar 1 diisi Fifin, Masda, Elisabeth en Nina while the other room diisi by me and 3R : Rina, Rani en Robi. Robi tidur di extra bed yang emang dah disediain. Kita sepakat utk istirahat sebentar sampai menjelang sunrise sekitar jam 5 nanti. Kita pun terlelap tidur, zzz..zz..zzz
Jam 4.45 dah mulai terbangun karena alarm dan juga dorongan utk melihat sunrise yang begitu besar. Shalat dan bersih2, tanpa mandi seeh, masih pagi bo’! Akhirnya kita pun jalan menyusuri pantai, ternyata penginapan kita tuch deket banget ma pantai, jalan kaki kurang dari 5 menit kita dah sampai di tepi pantai timur pangandaran. Dari jauh debur ombak tuch dah kedengaran, cukup keras, kayaknya ombaknya besar dech, agak2 serem juga seeh klo dengen suara ombak yang keras gitu, nti tiba2 ada tsunami lagi, tapi Alhamdulillah semua baik2 aza. Pas sampai tepi pantai benar aza, ombaknya tuch gede banget.
Foto model tepi pantai
Sepertinya pantai timur pangandaran bukan area untuk berenang di pantai. Ternyata emang seperti itu kenyataannya. Jadi kita Cuma jalan2 aza di pantai melihat nelayan yang siap berlayar mencari ikan dan tentu saja tidak lupa untuk foto2. Karena cuacanya sepertinya tidak begitu mendukung, agak2 mendung gitu dech so sunrisenya gak begitu sempurna kita dapatkan.
Semakin siang banyak orang yang juga berjalan2 di tepi pantai. Setelah lelah jalan2 en foto2, kita pun memutuskan cari sarapan disekitar pantai. Akhirnya kita nemuin tukang jualan. Dia jual bubur ayam en ketupat eh tapi mirip ketoprak seeh. Harga ketopraknya Rp. 4000 per piring en lumayan enak lho!
Setelah sarapan, akhirnya kita balik ke penginapan untuk mandi dan beres2. Rencananya hari jumat ini kita mo ke Pantai Baru Karas, Pantai Batu Hiu, Green Canyon (GC) en Citumang kalo waktunya masih memungkinkan. Rencana ke GC siang, coz klo hari Jumat, GC baru buka jam 13.00. Kita mo jalan2 pake motor, sewa motor. Saya dah dapat kontak no hp pak Anang, tukang ojek yang sekaligus bisa jadi guide untuk mengantar kita jalan2. Thanks to Hanin, IBP. Tengkyu yaa jeng atas segala info tentang GCnya. Kapan2 kita ngetrip bareng yuk! (^_*)
Pak Anang datang ke penginapan sekitar jam 8 pagi. Dia juga agak mempertanyakan seeh kenapa kita menginap di penginapan itu. Kalo saja kita mo nunggu ampe subuh tadi, mungkin pak Anang mo antar kita ke penginapan yang lebih baik. Tapi ya sudlah, dah terlanjur. Next time dech or mungkin nti kawan2 yang punya plan utk ke pangandaran, im not recommended utk menginap di penginapan kita kemarin itu yaa..
Pak Anang di penginapan Cuma sebentar coz dia mesti cari motor lagi utk kita sewa. Karena kita ber-8, so kita sewa 4 motor. Itupun berarti ada yang 1 motor bertiga coz pak Anang khan ikut kita as a guide. Sewa ojek Rp. 50.000/hari + bensin Rp. 10.000. Motor 1 : Pak Anang, Rina en Rani. Motor 2 : Fifin en Masda. Motor 3 : Me en Nina. Motor 4 : Robi en Elisabeth.
Kita mulai perjalanan kita hari itu sekitar jam 09.15 WIB. Sama pak Anang kita di lewatkan melalui jembatan gantung sebelum ke pantai Batu Karas.
Di jembatan gantung
Coz saya bawa motor, harus melewati jembatan gantung yang terbuat dari bambu yang bergoyang2 gak stabil, pembatas jembatan yang lowong banget, sekitar 1 meter satu sama lainnya yang hanya menggunakan kawat tipis sempet membuat ngeper juga, parno takut jatuh bo’! tapi Alhamdulillah saya bisa selamat membawa motor sampai kesebrang. Pengalaman seru tuch! Di jembatan itu hanya boleh dilewati 2 motor dalam sekali waktu. Jadi mesti ngantri. Setelah semua motor berhasil disebrangkan dan diparkir, seperti biasa para narsiser sibuk foto2 dech. Ampe sempet mengganggu lalu lintas di jembatan itu, bahkan kita sempet diomelin ma salah satu pengendara motor yang lewat situ, he..he.., maklum bang anak kota yang baru turun ke desa, gitu dech kelakuannya he..he..Sebenernya lewat jembatan gantung itu free, tapi disebrang ada kotak sumbangan bagi para pelintas jembatan. Naah berhubung kita dah lewat jembatan itu + foto2 lagi so kita nyumbang dech.
Setelah puas foto2, kita meneruskan perjalanan ke Pantai Batu Karas. Sampai di Pantai Batu Karas sekitar jam 10.30 WIB. So, perjalanan dari pangandaran sampai pantai batu karas kurang lebih 1 jam perjalanan menggunakan motor. Kalo menurut saya seeh pantai batu karas gak begitu bagus. Hm..mungkin karena itu bukan tujuan utama kita kali yaa?
Pantai Batu Karas
Di pantai batu karas agak ramai, mungkin karena liburan, banyak juga yang berenang. Tapi kita gak ada yang berenang, mo berenang di GC aza, soale bawa baju gantinya juga terbatas. Akhirnya di Pantai Batu Karas kita Cuma jalan2, foto2, lunch en shalat. Sekitar jam 13.00 WIB, kita buru2 meneruskan perjalanan utama kita yaitu ke GC. Perjalanan dari pantai Batu Karas sampai GC Cuma sekitar 10 menit. Sampai di GC ternyata sudah ada banyak orang mengantri. Pas kita sampai disana kita sudah ada di antrian yang sekian ratus, padahal waktu itu baru antrian yang ke berapa puluh gitu. Mungkin orang2 itu dah ngantri en stand by di GC dah dari pagi kali yee. Mengingat waktu yang sepertinya tidak memungkinkan karena GC juga jam 4 sore sudah tutup, akhirnya rencana berubah. Ke GCnya diubah besok pagi2 sekali en sekarang kita meneruskan perjalanan ke Pantai Batu Hiu.
Dari GC kita berangkat sekitar jam 13.30 WIB dan dalam 30 menit kita dah tiba di Pantai Batu Hiu. Di pintu masuknya aza dah ada patung hiunya gede banget.
Pintu masuk Pantai Batu Hiu
Suasana di dalamnya keren banget. Batu Hiunya itu ada ditengah laut. Katanya seeh dulu batunya itu mirip Hiu, tapi karena terkikis ombak, akhirnya sekarang dah gak berbentuk hiu lagi, Cuma jadi terlihat seperti batu karang biasa di tengah laut.
Batu Hiu
Background Batu Hiu (Atas, ki-ka:Robi, Whyu, Rina, Rani, Fifin. Bawah, ki-ka:Masda, Nina, Elisabeth)
Kita di Batu Hiu sampai jam 15.30 WIB lalu kita meneruskan perjalanan ke Citumang. Kata Pak Anang seeh, Citumang tuch lebih alami. Dengan semangat 45, kita pun meneruskan perjalanan ke Citumang. Perjalanan dari Batu Hiu ke Citumang sekitar 30 menit juga. Bener kata Pak Anang masih alami. Motor harus diparkir jauh sebelum Citumang. Dari tempat parkir, kita mesti jalan kaki kurang lebih 15 menit, menyusuri jalan setapak en hutan. Di pintu masuk hutan ternyata ada penjaganya en kita mesti bayar tiket masuknya, hah?!katanya masih alami, koq ditarik tiket masuk yaa?wong di Pantai Batu Karas en Batu Hiu aza gak pake tiket masuk koq. Tadinya kita disuruh bayar sekitar 40ribuan utk ber-9, tapi trus karena kita cewe2, dikerahkanlah tuch jurus2 menawar. Akhirnya pak penjaga pun luluh, kita Cuma bayar Rp. 20.000 utk ber-9. Tapi kata pak Anang, biasanya gak bayar koq masuk Citumang. Mungkin itu ulah oknum aza karena pas liburan banyak yang datang kesana. Ya sudlah.
Jalan menuju Citumang
Goa dan Sungai Citumang
Sungai dan air terjung Citumang
Jadi, Citumang itu ada Goa dan Sungai. Aliran sungai Citumang itu berasal dari dalam Goa. Ada beberapa bagian yang dalam. Air terjunnya juga lumayan tinggi dan berbahaya. Namun di mulut goa, ada orang2 nekat yang mendaki ke tepian mulut goa dan terjun bebas ke sungai Citumang. Gile tuch orang!berani amat. Saya gak beran
i. Ngeliat aza dah ngeper. Masalahnya, gak ada pelampung maupun penyelamat disekitar situ. Jadi klo ada apa2 bisa berbahaya, mana akses keluar situ khan juga agak2 sulit. Anyway, dengan banyak pertimbangan, gak berani lah saya ikut terjun bebas. Tinggi mulut goanya aza sekitar 4 meter tuch. Yang berani loncat hanya turis2 lokal yang cowo yang nekat. Gak semua lho nekat. Saya dan teman2 hanya berend
am saja di sungai Citumang. Berenang pun hanya sedikit2. Gak jadi berenang di pantai en GC, berenang dech di Citumang. Puas2in dech jengg!
Kita di Citumang sampai jam 17.30 coz kalo dah gelap susah nti pulangnya karena harus lewat hutan. Yang berenang, berbasah2an harus jalan dulu ketempat parkir motor tadi untuk ganti baju karena disekitar Citumang gak ada tempat ganti baju
, kecuali klo mau ganti baju ditutupi pepohonan :-P. Or ada juga seeh kayak semacam toilet gitu di deket Citumang, tapi spooky gitu, serem ah, gak berani.
So, kita ganti baju di tempat parkir aza. Tempat parkirnya itu di rumah penduduk, ada toiletnya, Cuma 1 tapi, harus gantian en ada warungnya juga. So, sambil nunggu yang lagi ganti baju bisa sambil minum teh, kopi or pesen mie rebus/mie goreng. Setelah semua selesai ganti baju, bertolaklah kita kembali ke Pangandaran.
Sebelum ke penginapan, kita minta pak Anang utk dicarikan restoran seafood yang enak tapi murah(secara ala backpacker gitu lho, so carinya yang murah2 aza). Kata pak Anang seeh, klo tempat makan seafood di wilayah Pangandaran pastinya mahal so kita dibawa pak Anang ke restoran yang terletak di luar Pangandaran tapi gak begitu jauh dari Pangandaran. So dinner besarlah kita disana. Pesen ikan bakar, udang en kerang.
Dinner SeafoodSaung tempat dinner (Pak Anang yang lagi senderan di bambu)
Setelah selesai makan besar, kita kembali ke penginapan. Pas kita keluar dari penginapan, hujan turun dengan derasnya. Wah, klo malam ini hujan, besok pagi GC gmn yaa?dah agak khawatir aza, takutnya nti kondisi di GC lagi gak bagus. Tapi ya keep positive thinking aza dech. Sampai di penginapan sekitar jam 20.30 WIB. Sampe penginapan asyik liat2 foto hasil jepretan seharian tadi, beres2 (tanpa mandi), ngobrol2 etc. Akhirnya baru bisa tidur sekitar jam 22.30an. Prepare for tomorrow’s adventure on GC!
Sabtu, 27 Desember 2008
Pagi jam 5 sudah bangun, shalat, mandi, breakfast dan siap2. Breakfast pagi itu Cuma sempet makan pop mie aza. Hari ini kita berangkat jam 7 pagi karena GC buka jam 08.00 pagi dan perjalanan dari Pangandaran ke GC sekitar 1 jam. Setelah seharian kemarin berpetualang mengendarai motor, untuk pagi ini, pak Anang memberikan saran agar kita berangkat ke GC menggunakan angkot yang disewa. Harga sewanya gak jauh beda dengan klo kita sewa motor. Sewa angkot Rp. 200.000 itu sudah termasuk bensin dan kita bisa santai-santai didalamnya. Pak Anang tetap ikut menemani kita. Sampai di GC sekitar jam 08.00 pagi, sudah banyak orang yang mengantri. Rombongan kita terpisah menjadi 2 perahu. Kebetulan pas disana, ada 3 orang bapak2 yang mengajukan diri untuk menjadi anggota rombongan kita untuk sewa perahunya. So, per orang mereka bayar Rp. 15.000 ke kita. Ya lumayanlah. Jadilah mereka ikut tim kita. Perahu 1 yang berangkat terdiri atas cewe2 semua, ber-6. Sedangkan perahu kedua ada aku en Robi + 3 orang bapak2 tadi. 1 perahu itu bisa diisi sampai maksimal 5 orang sebenarnya dan bea sewa perahu Rp. 75.000 pp. Tapi bea sewa perahu itu belum termasuk biaya jika kita ingin berenang di dalam GC. Berdasarkan info yang saya dapat, biaya extended perahu itu Rp. 50.000, itu akan ditunggu tukang perahunya sampai maksimal 1 jam. Nah kebetulan, tukang perahu yang saya tumpangi itu agak menyebalkan dan mengesalkan, jago kalo dia berbacot ria. Dia minta biaya extended perahu itu Rp. 75.000, katanya seeh yaa utk menggantikan biaya antrian perahunya karena klo seadainya kita gak berenang khan, dia bisa kembali kedermaga dan mendapat pelanggan lain, sedangkan jika dia menunggu kita, dia bakal kehilangan waktu untuk mendapatkan pelanggan lain. Huuh, bisa2nya! Nah kebetulan, ternyata yang diperahuku itu yang semangat mo berenang Cuma aku aza, robi en 3 bapak2 itu gak mo berenang. Duuh, gue khan gak mo balik klo belum berenang di GC. Klo tau gini, tadi gue ikut ma rombongan yang satu dech. Ternyata di rombongan yang satu itu, juga lagi nego, tapi akhirnya mereka bersepakat untuk biaya extended Rp. 50.000. Akhirnya, saya berinisiatif untuk tukeran ma rombongan yang satu itu karena ternyata di rombongan itu ada juga yang gak mo berenang yaitu si Fifin, takut katanya. Setelah saya nego padanya, akhirnya dia mau juga tukeran en bersedia balik ke dermaga tanpa ikut berenang. Naah, tapi ternyata masalah tidak berhenti sampai disitu. Tukang perahu saya yang mengesalkan itu menolak penumpang perahunya ditukar. Mungkin dia merasa bahwa dia gak jadi dapet duit dari kita. Huh! Salahnya sendiri. Angkuh en sombong gitu. Saya sempet berantem en marah2 ma tukang perahu itu karena dia tetap bersikeras saya yang harus kembali ke dermaga. Dia merasa bahwa si Fifin itu bukan penumpangnya dan dengan berbagai macam alasan lainnya. Saya bilang aza ma tukang perahu itu, klo kita tuch 1 tim, 1 rombongan, jadi klo saling ditukar gak akan jadi masalah. Akhirnya tukang perahu itupun mengalah. Fifin yang tadinya takut karena dia juga kena semprot tukang perahu itu gara2 barter penumpang ini, akhirnya ikut juga balik kedermaga. Sedangkan saya, yang memang sudah bercita-cita untuk berenang di GC (halaah, cita2 koq kayak gitu seeh?:-P) akhirnya tetap bisa berenang bersama rombongan yang satunya. Pada akhirnya saya tahu, ternyata rombongan yang langsung pulang itu, sepanjang perjalanan pulang tetap diceramahi ma tukang perahu itu bahkan sampai di ancam mo di ceburin ke sungai, gila tuch tukang perahu, sulit dech rejekinya klo gitu.
Ternyata, di rombongan yang tinggal untuk berenang, me, Rina, Rani, Masda, Nina en Elisabeth yang berani memutuskan untuk berenang hanya ber-4 : me, Masda, Nina en Elisabeth. Rina gak jadi berenang karena dia takut kakinya kram. Rani gak berenang karena gak bisa berenang. Padahal kita berenang juga pake pelampung koq, tapi Rani tetap gak berani berenang. Aliran sungai saat itu memang agak deras, mungkin karena hujan semalam. Mulailah kami berenang, berpegangan pada seutas tali. Pada pemberhentian pertama, Masda memutuskan berhenti dan tidak meneruskan perjalanan. Pada pemberhentian kedua, ganti Nina yang memutuskan untuk berhenti. Sedangkan saya dan Elisabeth masih berkeras untuk meneruskan perjalanan, klo bisa sampai ujungnya GC. Kamera saya sudah saya tinggalkan di pemberhentian perahu di pintu GC. Elisabeth sampai bela2in bawa kameranya dibungkus plastik masuk ke dalam GC. Pelan2 kami : saya, Elisabeth dan beberapa pengunjung lain mulai menyusuri tepian GC. Karang2nya tajam, airnya deras. Energi terkuras karena kita berenang dan merambat melawan arus. Belum sampai ujung GC, perjalanan kita terhambat karena arusnya menjadi semakin deras dan kuat yang tidak memungkinkan kita untuk meneruskan perjalanan lebih jauh. Di titik pemberhentian terakhir itu, saya dan Elisabeth masih sempat mengabadikan diri pada kameranya Elisabeth, karena setelah itu saat perjalanan kembali, kamera Elisabeth rusak karena terendam air, plastik pembungkusnya tidak mampu membendung jumlah air yang masuk. Namun foto2nya masih bisa diselamatkan pada akhirnya.
Elisabeth en Me inside GC
Saat perjalanan berenang kembali ke tempat parkir perahu, saya dan Eli sudah bersepakat untuk melakukan terjun bebas dari batu loncat. Tinggi batu loncat itu sekitar 4 meter. Acara loncat bebas di GC ini juga merupakan cita2 saya ke GC. Pokoknya klo ke GC saya harus terjun bebas. Untuk naik ke batu loncat itu memang tidak mudah, licin dan sempit jalannya. Untungnya ada banyak orang yang membantu kami untuk naik. Pas mo naik ke batu loncat itu, Eli sempat ngeper, dia agak ragu2 untuk loncat, tapi saya yakinkan Eli bahwa perjalanan kita sudah sedemikian jauhnya, apapun resikonya, kita tetap harus loncat. Soalnya sedari tadi pas kita berangkat berenang kita lihat ada seorang wanita yang tetap berdiri di atas batu loncat itu, belum jadi loncat juga bahkan sampai kita balik ke batu loncat itu. Dan emang, setelah sampai diatas batu loncat, sempet deg2an juga seeh. Sudah ada beberapa orang disana yang mo loncat tapi belum loncat juga, mungkin sedang mengumpulkan keberanian untuk loncat. Tapi untungnya tukang perahu rombongan kita yang satu (masih muda) meyakinkan saya untuk loncat, menarik tangan saya, menunjuk 1 titik tolak tempat di pinggir batu sebagai titik loncat saya, karena jika kurang dari itu, saya pasti terbentur batu itu dan jika lebih, saya akan terpeleset dan mungkin dibawah akan membentur bebatuan. Duuh, ngeper gak seeh?! Tanpa pikir panjang (karena klo semakin dipikir, bisa tambah ngeper, nti malah gak jadi loncat), baca Bismillah dan terjun bebaslah saya. Saya berteriak bebas : AAAAAAAAAAAAAAAAaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!Perasaan saya seeh, butuh beberapa detik sebelum saya akhirnya menyentuh air. Sampai di air pun, butuh beberapa detik juga untuk menyembul balik kepermukaan air. Pfffffiuuuuuh! Walo sempet air masuk ke kerongkongan, tapi saya lega, puas. Berani juga saya loncat. Nina dan Masda aza yang mengamati saya dari jauh tak pernah menyangka klo saya berani loncat dari batu loncat setinggi itu. Saya pun menepi, menunggu Eli. Orang yang loncat dibelakang saya bukan Eli. Eli kemana ya?apa dia gak jadi loncat?Setelah 2 orang dibelakang saya, baru saya lihat Eli meloncat dan teriak. He..he…Akhirnya loncat juga dia. Saya dan Eli pun bercerita seru tentang kenekatan kita itu. Ternyata, pas diatas itu dia sempet cari2 saya karena dia gak lihat klo saya langsung loncat. Mengetahui bahwa saya sudah loncat, dia pun akhirnya loncat. Waah, seru..seru! Rugi banget klo ke GC gak pake acara loncat indah. Exciting Experience! Sayangnya, pas kita loncat itu gak ada yang mengabadikan coz kameranya Eli dah mati.
Setelah berisitirahat sejenak, kita pun balik ke tempat parkir perahu. Berenang gak pake tenaga, cukup membaringkan badan dan kitapun sudah mengapung terbawa arus sungai.
Batu LoncatLorong GC
Lorong GC lagi
Inside GC
Parkir Perahu di GC
Sampai di tempat parkir perahu, kita pun melanjutkan untuk kembali ke dermaga GC. Perjalanan dari dermaga sampai ke GC sekitar 45 menit. Sampai di dermaga, ternyata sudah penuh orang mengantri, lebih penuh dari pas kita datang pagi tadi.
Dermaga GC
Green Canyon alias Cukang Taneuh
GC bukan akhir perjalanan kita hari ini. Setelah mandi dan ganti baju, kita pun meneruskan perjalanan. Tujuan selanjutnya adalah Cagar Alam Pangandaran. Meluncur dari GC sekitar jam 10.30. Di perjalanan kembali ke Pangandaran, kita lunch di restoran pinggir jalan. Selama lunch itu, kita ramai membicarakan pengalaman seru di GC tadi.
Selesai lunch, kita melanjutkan ke Pangandaran. Sampai di Cagar Alam sekitar jam 13.00. Baru datang di pintu cagar alam, sudah ada yang menawari untuk melakukan wisata bahari. Sebenarnya wisata bahari tidak termasuk dalam agenda perjalanan kita ini. Di Cagar Alam, semula kita hanya ingin mengunjungi goa-goa yang ada di Cagar Alam, karena katanya di Cagar Alam Pangandaran ini terdapat banyak gua.
Pintu masuk Cagar AlamUntuk masuk ke Cagar Alam, dikenai biaya Rp. 5.500 per orang. Untuk masuk ke goa-goanya, perlu ada guide yang katanya bayarnya Rp. 20.000 untuk semua goa. Ternyata setelah bernego dengan salah satu guide disana, biayanya itu Rp. 40.000 untuk mengunjungi 7 goa. Katanya seeh karena liburan jadi harganya naik, harga itu sudah merupakan harga kesepakatan paguyuban guide disana. Tapi si Nina tetap mo naik wisata perahu, yaa akhirnya mengalahlah kita. Rencana berubah. Kita berwisata bahari dulu menggunakan perahu sampai di pasir putih di dalam cagar alam, baru di pasir putih kita akan di jemput oleh guide untuk menyusuri goa. Biaya wisata bahari Rp. 80.000, 1 perahu utk 8 orang, sudah termasuk biaya masuk cagar alam dan mengunjungi 5 spot wisata bahari :
1. Batu layar 1, katanya seeh tempat syutingnya tutur tinular,
2. Terumbu karang/taman laut, dari permukaan air kita bisa melihat sekilas taman laut yang ada didasar laut, katanya seeh klo kita mau snorkling, kita bisa lihat taman lautnya lebih jelas.
3. Batu buaya, batu mirip buaya dan dekat tempat surfing
Batu Buaya4. Batu Layar 2, tingginya kurang lebih 30 meter, tapi penopang bagian bawahnya hanya 2,5 cm.
5. Pasir putih di pantai timur pangandaran. Spot terakhir wisata bahari
Pasir PutihSepanjang wisata bahari itu terdapat banyak tempat penghasil udang rebon
Perjalanan wisata bahari itu kurang lebih memakan waktu 1 jam. Sekitar jam 15.00 kita sudah sampai di pantai pasir putih dan disana, guide yang akan mengantarkan kita ke goa sudah menunggu. Dia membekali kita 3 buah senter untuk memasuki goa dan dia berpesan ke rombongan kita, jika nanti ditawari senter jangan dipegang, karena jika sudah dipegang maka kita harus membayar sewanya Rp. 5.000.
Nama guide kita itu Wawin. Guide yang baik.
1. Goa pertama yang kita kunjungi yaitu goa Rengganis. Goa Rengganis ini merupakan goa air. Kita gak bisa masuk kedalamnya tanpa berenang dan menyelam. Guide kita itu katanya pernah berenang masuk ke dalam Goa Rengganis. Kita hanya sampai di mulut goanya saja. Mitosnya jika kita cuci muka menggunakan air goa Rengganis, maka kita akan awet muda.
Mulut Goa Rengganis
2.Goa Miring. Disebut Goa Miring karena saat kita berjalan, kita gak bisa berjalan tegak tapi harus miring mengikuti kontur goa.
Goa Miring
3. Goa Parat. Panjang goa Parat kurang lebih 105 meter. Senter itu untuk digunakan di Goa ini. Di goa Parat terdapat makam Ahmad dan Muhammad, 2 bersaudara dari Mesir. Mereka dikabarkan hilang di dalam gua. Makam mereka dibangun pada tahun 1972. Di dalam goa ini terdapat batu Cikaracak. Batu ini semula batu utuh, namun karena selama bertahun-tahun tertetesi air gua, batu ini berubah bentuk menjadi seperti baskom.
Batu Cikaracak
Selain itu, terdapat juga Batu kelamin. Kenapa disebut batu kelamin karena batu ini bentuknya menyerupai kelamin pria dan wanita. Ada juga batu gong. Disebut batu gong karena apabila kita memukulnya maka akan keluar suara mirip suara gong.
4. Goa keempat adalah goa Sumur Mudal. Di goa ini kita gak bisa masuk. Menurut kang Wawin, Sumur Mudal merupakan sumur air mendidih.
5. Goa panggung. Disebut goa panggung karena bentuknya menyerupai sebuah panggung. Di goa panggung ini terdapat makam Mbah Jaga Lautan atau Kyai Pancing Benar karena mitosnya dia suka memancing. Khabarnya dia merupakan anak angkat dari Nyi Roro Kidul yang ditugaskan untuk menjaga laut bagian Pangandaran.
6. Goa lanang. Disebut goa lanang karena didalamnya terdapat patung anak laki-laki. Penemu goa ini adalah seorang Syech dari Cirebon. Panjang goa lanang ini juga hampir sama panjang dengan goa parat yaitu sekitar 105 meter. Untuk mencapai goa lanang ini, kita perlu mendaki.
Setelah memasuki goa lanang kita menuju ke goa terakhir yaitu goa Jepang. Namun sebelum ke goa Jepang, kita sempet ber flying fox ria dulu. Well, gak semua ikut flying fox seeh, Cuma me, Rina, Rani en Nina. Sekali berflying fox seharga Rp. 15.000.After Flying Fox
7. Goa Jepang. Goa Jepang ini tidak terlalu panjang. Didalam goa Jepang ini, terdapat ruang penyiksaan dan ruang tahanan. Ada hawa2 gak bagus di dalam ruang penyiksaan dan ruang tahanan itu, agak2 spooky gitu dech, so kita gak lama disana.
Dari penyusuran goa tersebut, kang Wawin lalu membawa kami ke pantai pasir putih di Pantai Barat Pengandaran. Klo awal mula petualangan wisata goa tadi di pantai pasir putih Pantai Timur Pangandaran, maka berakhir di pasir putih Pantai Barat Pangandaran. Setelah seperti biasa berfoto2 ria kami turun ke Pantai Barat Pangandaran. Sampai di Pantai Barat Pangandaran, kang Wawin juga menunjukkan tempat kami berbelanja oleh2. Ada banyak ikan asin atau biasa disebut jabal roti. Saya beli rumput laut. Akhirnya kami memberikan fee guide Rp. 50.000, soalnya kang Wawin sudah begitu sabar dan baik menemani kita yang super cerewet ini untuk jalan2 dan juga membantu mencari oleh2. Kang Wawin sempat memberikan no hpnya, so klo ada yang berminat untuk beriwisata goa bisa menghubungi saya untuk mendapatkan no hp kang Wawin. Kata kang Wawin, dia jadi guide kalo pas liburan aza, klo hari biasa, dia kembali menjadi pekerja biasa. Setelah berbelanja oleh2, kami dijemput Pak Anang lagi menggunakan angkot sampai ke terminal pangandaran. Oh ya, sejak pagi tadi, sejak keluar dari penginapan, kami semua sudah mem-packing barang2 kita, kita sekalian check out dari penginapan. Tetapi selama berwisata bahari dan wisata goa, tas2 kami titipkan sama pak Anang di terminal Pangandaran. So, usai berwisata hari ini, malamnya kami semua memang berencana langsung pulang. Sesampainya diterminal, sekali lagi pak Anang membantu kita. Kita masih pengen jalan2 di pantai barat untuk dinner for the last time di pangandaran, so tas kembali di titipkan di terminal. Rina pulang ke Bandung sendiri, bisnya datang jam 19.00 malam. Setelah Rina berangkat, baru kita cari dinner. Tapi kita terbagi 2. Nina, Elisabeth, Fifin en Masda jalan2 pake becak, sedangkan saya, Robi dan Rani dikasih pinjem motornya pak Anang, so kita naek motor ber-3. Saya masih pengen makan seafood, mumpung masih didaerah pantai. Tapi bener kata pak Anang, makan seafood didaerah pangandaran mahal. Kita bertiga makan udang tepung habis Rp. 75.000! Ya sudlah, itung2 memenuhi ngidam seafoodnya. Selesai dinner kita kembali ke terminal Pangandaran. Kami semua kecuali Rina kembali ke Bekasi. Bis Budiman ke Bekasi dari Pangandaran terakhir jam 21.00 malam. Pak Anang menanti kita sampai bis kita berangkat. Fee untuk pak Anang selama 2 hari itu, kita kasih Rp. 70.000 dan makan serta rokoknya kita yang tanggung. Sebenernya pak Anang seeh gak kasih harga, itu inisiatif kita aza. Menurut Hanin, temen IBP, dia sudah ke GC lebih dulu di awal Desember 2008, dia kasih pak Anang waktu itu Rp. 50.000 untuk 2 hari. Saya juga punya no hp pak Anang. Klo ada yang mo ke GC dan membutuhkan guide serta sewa motor, cari penginapan dll, bisa menghubungi pak Anang. Dia pasti dengan senang hati akan membantu. Dia orang yang baik. Bahkan setelah kembali dari Pangandaran, kita masih sering kontak. Dia sering memberi khabar klo dia sedang menemani tamu juga. Dia juga sempat bilang, klo rombongannya mba Wahyu sudah dia anggap seperti anak sendiri. Iyalah, wong cewe2 yang rame, heboh en cerewet tapi ngangeni, he..he..
Oh ya, di samping terminal Pangandaran ada masjid raya, kita sempet shalat maghrib en Isya di masjid itu. Masjidnya bagus dan toilet serta tempat wudhunya bagus dan bersih.
Akhirnya bis Budiman tujuan Bekasi meluncur dari terminal Pangandaran sekitar pukul 21.00, diiringi lambaian tangan pak Anang, gerimis hujan serta segudang kenangan indah tentang Pangandaran…
Minggu, 28 Desember 2008
Kami tiba di terminal Bekasi sekitar jam 05.30. Setelah shalat shubuh di terminal, kami semua pun berpisah. Kita janjian untuk ketemuan lagi di bulan Januari tahun depan, tahun 2009 untuk saling bertukar foto.
Trip liburan kali ini bersama teman-teman milis Indobackpacker sangat mengesankan. Kita berencana untuk trip bareng lagi someday. Mungkin dengan teman2 Indobackpacker lainnya. What a wonderful journey! C U all in the next trip
This story can be read also in this site :
http://wahyu-otree.blog.friendster.com/2009/03/green-canyon-pangandaran-journey/
The pictures can be seen in this spots :
http://wahyuotree.multiply.com/photos/album/21/Pangandaran_25-28_Dec_2008
or this one:
http://www.friendster.com/photos/8359415/1/321923251
wp@09032009
www.wahyuotree.multiply.com
NB. Yang perlu travel arrangement can contact me through wahyu_otree@yahoo.com