Evaluasi belajar dari rumah, sudah efektifkah?
Ilustrasi anak belajar dari rumah
(Photo by Annie Spratt on Unsplash)
Seiring dengan dimulainya pandemic covid-19 di Indonesia sejak Maret 2020, yang merambah dalam hampir semua sisi kehidupan, termasuk dunia pendidikan. Tak terelakkan lagi mulai dari jenjang pendidikan terendah, PAUD-TK sampai perguruan tinggi ikut terdampak pandemi covid-19 ini.
Kementerian Pendidikan kemudian mengambil langkah untuk meniadakan program belajar-mengajar secara tatap muka dan memulai apa yang kita sebut belajar dari rumah.
Apa itu belajar dari rumah?
Di dunia pendidikan formal, ada 3 komponen penting dalam proses belajar mengajar yaitu ruangan/bangunan sekolah, guru sebagai pendidik dan juga murid. Ketiganya diperlukan dalam proses belajar mengajar dalam satu ruang dan waktu.
Dalam pandemic covid-19, ketiganya tidak berada dalam satu lokasi. Ruangan/bangunan sekolah digantikan dengan rumah dari para murid. Guru sebagai pendidik tidak hadir secara fisik langsung di hadapan murid. Murid juga tidak bisa berinteraksi langsung dengan guru sebagai pengajarnya.
Belajar dari rumah merupakan proses belajar mengajar antara guru dan murid yang dilakukan dari rumah murid masing-masing.
Peran guru dalam belajar dari rumah
Peran guru seharusnya tidak berubah walaupun proses belajar mengajar berubah metodenya dari tatap muka menjadi daring. Justru kreativitas guru dalam situasi ini bisa berkembang. Bagaimana seorang guru dapat menyampaikan silabus pelajaran menggunakan metode yang menarik dan dapat dilakukan secara daring namun tetap dapat sampai diterima dengan baik oleh semua murid-muridnya tanpa terkecuali.
Peran orang tua dalam proses belajar dari rumah
Tak dapat dielakkan lagi, dengan adanya proses belajar dari rumah, memerlukan keterlibatan orangtua secara intensif. Proses penyampaian materi yang dilakukan secara daring melalui pesan singkat dalam telepon genggam maupun laptop, dimana yang memiliki akses terhadap kedua hal ini adalah orangtua, mau tidak mau orangtua lah yang harus memantau jalannya proses belajar anaknya di rumah.
Guru menyampaikan materi melalui orangtua, untuk kemudian orang tuanya lah yang harus menyampaikan materi pembelajaran itu kepada masing-masing anaknya.
Disinilah kesabaran orang tua diuji. Seberapa jauh kemampuan orangtua tersebut dalam mengarahkan anak-anaknya untuk dapat memahami materi pelajaran serta mengerjakan tugas-tugas yang diberikan setiap harinya.
Evaluasi belajar dari rumah
Setelah hampir setahun, tepatnya 10 bulan sejak Maret 2020, Kementerian Pendidikan harusnya sudah melakukan evaluasi terhadap proses belajar dari rumah. Mari kita mencoba untuk melakukan evaluasi mandiri terlebih dahulu.
Peran guru dalam proses belajar dari rumah tak ubahnya hanya sebagai penyampai materi, belum menyentuh peran dalam mengajar ataupun mendidik. Materi disampaikan oleh guru dan orangtua lah yang harus menjelaskan kepada anak-anaknya.
Guru haruslah bisa menjadi lebih kreatif dalam mempersiapkan materi pembelajaran untuk bisa disampaikan dan dijelaskan kepada murid-muridnya melalui metode daring dengan lebih interaktif dan tidak hanya satu arah. Untuk memastikan semua murid-muridnya memahami materi yang disampaikan.
Selama ini, guru hanya sebagai penyampai materi, tanpa penjelasan dan langsung meminta murid-muridnya mengerjakan tugas dalam durasi waktu tertentu.
Di jenjang sekolah dasar, mungkin orangtua masih mengerti dan bisa menjelaskan ke anaknya, namun bagaimana dengan jenjang pendidikan yang lebih tinggi? Murid belajar mandiri? Apakah sudah disiapkan murid tersebut untuk belajar mandiri?
Selanjutnya bagaimana dengan evaluasi peran orangtua dalam belajar dari rumah. Orangtua sering yang harus beradu urat dengan anak-anaknya yang kesulitan dalam memahami penjelasan orangtuanya. Orang tua yang merasa kelimpahan tanggung jawab untuk menjadi guru pelajaran sekolah, banyak yang merasa stres, karena belum lagi tugas rumah, tugas pekerjaan bagi yang bekerja, ditambah lagi tugas menemani dan menjelaskan anak-anak dalam belajar dari rumah. Seringnya malah pelajaran itu jadi untuk orang tuanya, sedangkan anaknya belum tentu mengerti. Seringnya pula tugas-tugas anaknya yang mengerjakan adalah orangtuanya. Jadi sebenarnya siapakah yang belajar dari rumah? Anak atau orangtua?
Efektivitas belajar dari rumah
Melihat berbagai kendala yang dihadapi, sampai saat ini memang belum terlihat signifikansi hasil dari proses belajar dari rumah.
Evaluasi mandiri yang kita lakukan di atas baru dari sisi peran guru dan orangtua dalam belajar dari rumah. Belum lagi melihat lokasi, infrastruktur serta jaringan internet yang diperlukan dalam proses belajar dari rumah. Iya di kota besar, hal ini mungkin tidak terlalu menjadi masalah, namun bagaimana dengan murid-murid yang ada di daerah terpencil atau yang tidak terjangkau jaringan internet?apakah mereka harus kehilangan hak mereka untuk belajar?
Kemungkinan belajar tatap muka juga belum jelas hilal nya. Yang semula direncanakan Kegiatan belajar tatap muka akan diadakan pada bulan Januari 2021, menjadi diundur karena kasus covid-19 yang terus melejit terus mencari titik tertingginya dan belum ada tanda-tanda mengalami penurunan.
Jika kondisi terus seperti ini dan belum membaik juga dalam waktu dekat, Kementerian Pendidikan benar-benar harus mengevaluasi Kegiatan belajar dari rumah ini. Mereka hanya mencari cara yang paling efektif agar Kegiatan belajar dari rumah menjadi memungkinkan bagi setiap anak Indonesia, karena belajar merupakan salah satu hak anak yang harus dipenuhi pemerintah.
0 comments