Just you and i |
𝙰𝚕𝚑𝚊𝚖𝚍𝚞𝚕𝚒𝚕𝚕𝚊𝚑 𝚔𝚎𝚋𝚎𝚝𝚞𝚕𝚊𝚗 𝚜𝚊𝚢𝚊 𝚖𝚎𝚛𝚊𝚜𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚊𝚗𝚞𝚐𝚎𝚛𝚊𝚑 𝚑𝚊𝚖𝚒𝚕 𝚍𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚕𝚊𝚑𝚒𝚛𝚔𝚊𝚗 𝚍𝚒 𝚖𝚊𝚜𝚊 𝚙𝚊𝚗𝚍𝚎𝚖𝚒 𝙲𝚘𝚟𝚒𝚍-19, sehingga bisa mengalami pengalaman pemeriksaan kehamilan di masa pandemi.
𝚂𝚊𝚢𝚊 𝚋𝚊𝚛𝚞 𝚝𝚊𝚑𝚞 𝚔𝚊𝚕𝚊𝚞 𝚜𝚊𝚢𝚊 𝚑𝚊𝚖𝚒𝚕 𝚒𝚝𝚞 𝚍𝚒 𝚋𝚞𝚕𝚊𝚗 𝙹𝚊𝚗𝚞𝚊𝚛𝚒 2021, 𝚍𝚒𝚖𝚊𝚗𝚊 𝚔𝚊𝚗𝚍𝚞𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚜𝚊𝚢𝚊 𝚜𝚞𝚍𝚊𝚑 𝚋𝚎𝚛𝚞𝚜𝚒𝚊 𝚜𝚎𝚔𝚒𝚝𝚊𝚛 2 𝚋𝚞𝚕𝚊𝚗. 𝙸𝚗𝚒 𝚖𝚊𝚜𝚒𝚑 𝚕𝚎𝚋𝚒𝚑 𝚖𝚎𝚗𝚍𝚒𝚗𝚐, 𝚍𝚒𝚋𝚊𝚗𝚍𝚒𝚗𝚐𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚊𝚊𝚝 𝚑𝚊𝚖𝚒𝚕 𝚊𝚗𝚊𝚔 𝚙𝚎𝚛𝚝𝚊𝚖𝚊 𝚍𝚒𝚖𝚊𝚗𝚊 𝚜𝚊𝚢𝚊 𝚋𝚊𝚛𝚞 𝚝𝚊𝚑𝚞 𝚔𝚊𝚕𝚊𝚞 𝚜𝚊𝚢𝚊 𝚑𝚊𝚖𝚒𝚕 𝚍𝚒 𝚞𝚜𝚒𝚊 𝚔𝚎𝚑𝚊𝚖𝚒𝚕𝚊𝚗 3 𝚋𝚞𝚕𝚊𝚗 🤭.
Walaupun sempat kaget karena ternyata hamil lagi, namun juga berusaha bersyukur. Kehamilan ini sebenarnya sudah diharapkan dari jauh hari, karena saya sudah cabut IUD sejak 2016. Ini juga merupakan pengabulan do'a-do'a panjang saya, agar bisa diberikan satu anak lagi dan kalau bisa anak laki-laki sehingga saya bisa belajar kembali mengenai merawat, membesarkan dan mendidik anak laki-laki yang pastinya memiliki tantangan yang berbeda dengan anak perempuan.
Namun, kehamilan ini juga merupakan suatu kejutan, karena sejak 2016 sampai 2021 tidak ada tanda-tanda hamil, pada saat kami sudah berpasrah diri, sepertinya keluarga kecil kami hanya terdiri dari 3 orang : bapak, mama dan Kay. Saat berpasrah diri itulah, Tuhan memberikan kejutan terindah dalam bentuk kehamilan saya, di usia saya yang tidak muda lagi (saya melahirkan anak kedua ini di usia 40 tahun) dan dalam masa pandemi covid-19. Benar-benar menantang ya?
Setelah memastikan saya benar-benar hamil dengan 2x test pack yang hasilnya positif, saya pun melakukan pemeriksaan kehamilan dimasa pandemi di Puskesmas.
Ini juga tantangan banget, karena selama pandemi, kami mengurangi kunjungan ke fasilitas kesehatan, karena lebih berisiko tertular covid. Jadi selama pandemi, kalau sakit-sakit ringan ya diobati dengan istirahat saja, kadang-kadang kalau sudah payah paling cukup dibelikan obat-obatan warung.
Kunjungan pertama kami ke fasilitas kesehatan selama pandemi ya saat saya memeriksakan kehamilan saya itu dan saat Januari 2021 itu kasus covid sedang meninggi, akibat mobilitas masyarakat yang tinggi di libur nataru.
Deg-degan sebenarnya, tapi mau tidak mau saya butuh untuk memeriksakan kehamilan saya. Saat saya datang, saya diantar suami dan anak pertama saya. Baru sampai di pintu gerbang, saya sudah dihadang satpam, ditanyakan apa keperluannya. Saya bilang ingin periksa kehamilan, lalu saya ditanya kenapa bawa anak kecil, saya jawab saja karena tidak ada yang menunggu anak saya. Jadilah saya diceramahin sama satpam itu. Di masa pandemi gini, apalagi dengan kondisi kasus sedang meninggi, di kawasan daerah saya, waktu itu masuk dalam zona merah, saya tidak boleh membawa anak kecil, kecuali kalau memang anaknya yang sakit, itupun jika kondisinya sudah parah, kalau masih ringan dan sedang sebaiknya dirawat di rumah saja.
Alhasil, saya tidak jadi mengajak anak saya. Anak saya, saya kembalikan lagi ke suami. Biar mereka menunggu di rumah saja. Kebetulan jarak antara rumah kami dengan Puskesmas Kecamatan tidak begitu jauh.
Puskesmas kecamatan Cilandak sangat penuh saat itu. Pasien yang datang tidak boleh ditemani. Di pintu gerbang sudah disambut satpam yang akan menanyakan keperluan kita datang. Lalu harus cuci tangan dengan sabun dulu. Setelah itu masih di halaman Puskesmas, kita akan diukur suhu badan dan juga dilakukan screening kesehatan. Kategori hasil screening ini bisa hijau, orange atau merah. Kalau hijau itu sehat, kalau orange ada gejala demam, batuk, pilek namun bukan covid dan merah jika terdeteksi covid.
Alhamdulillah setiap saya datang untuk kontrol kehamilan, hasil screeningnya selalu hijau. Kita akan diberikan stiker kecil bentuk bulat yang harus ditempelkan di pakaian kita. Saya pernah sih beberapa waktu, melihat pasien dengan stiker orange dan memang mereka terkadang batuk-batuk atau pilek gitu. Tapi saya kurang tahu tata laksana kalau ternyata pasien pengunjung puskesmas terscreening merah. Mungkin akan dirujuk ke RS Covid atau isolasi mandiri di rumah.
Selepas screening, baru saya masuk ke puskesmas dan akan disambut oleh satpam lagi, tapi perempuan dan terkadang pernah dengan staf puskesmasnya juga untuk mengambil antrean untuk ke loket pendaftaran, dengan memberitahukan tujuan polinya. Karena saya mau cek kehamilan ya saya harus ke poli KIA (Kesehatan Ibu dan Anak).
Loket pendaftaran |
Di loket pendaftaran, kita diminta untuk menunjukkan KTP dan juga kartu BPJS kesehatan. Kalau tidak punya BPJS kesehatan, tetap bisa mendapat layanan koq, dengan membayar biayanya dan biaya ini gak mahal koq, misal ke poli umum itu cukup membayar Rp. 10,000. Tapi akan ada biaya tambahan kalau misal kita atas rekomendasi dokter perlu untuk melakukan pengecekan laboratorium. Biaya laboratorium mulai dari Rp. 10,000.
Setelah dari loket pendaftaran, baru kita mengantre lagi untuk dipanggil di poli KIAnya. Oh ya, puskesmas Cilandak ini sudah banyak perubahan, karena setahu saya, setiap fasilitas kesehatan pemerintah ada dilakukan proses akreditasi. Jadi dilakukan pengecekan dari berbagai hal, seperti pelayanannya, SDMnya, bangunan fisiknya dan lain-lain. Sekarang poli KIA dan poli lansia ada di lantai 1 (dasar). Sudah paling benar lah ini. Kalau dulu, pas hamil anak pertama, sekitar tahun 2012, poli KIA itu adanya di lantai 2. Sudah gitu tangga puskesmas itu lumayan tinggi. Kalau hamil gede khan PeeR banget ya mesti naik-turun tangga. Trus khusus untuk pemeriksaan laboratorium untuk ibu hamil seperti tes urin dan tes darah juga bisa langsung dilakukan dan didapatkan hasilnya di Poli KIA. Jadi gak perlu juga bumil naik-turun tangga lagi, karena laboratoriumnya itu memang adanya di lantai 2. Kayaknya sudah ada petugas khusus laboratorium di poli KIAnya.
Antre di loket pendaftaran hanya di awal saja, untuk kontrol selanjutnya, setelah di pintu pendaftaran poli, kita bisa langsung menunggu dipanggil di poli KIAnya.
Selain itu, sekarang poli KIA nya juga sudah ada Obgynnya, bidannya juga banyak. Seingat saya, kalau dulu, tidak ada Obgynnya dan bidannya pun tidak banyak. Tapi sering banyak dibantu oleh mahasiswa kebidanan yang sedang magang/PKL.
Di dalam ruang KIA, ada semacam 2 loket. Loket pertama untuk pemeriksaan kehamilan dan bayi, loket satunya lagi untuk persalinan.
Saat pertama kali pemeriksaan kehamilan, banyak form-form dan screening pertanyaan dari bidannya. Setelah itu kita akan diberikan buku pink (buku KIA).
Buku KIA |
Saat awal, kita diminta untuk menimbang berat badan, kemudian konsul dengan bidannya terkait keluhan-keluhan yang dialami selama kehamilan. Setelah itu ada pemeriksaan perut, berupa pengukuran fundus dan juga detak jantung bayi.
Awalnya saya pikir, di poli KIA itu tidak ada USG 2 dimensinya, karena memang tidak pernah melihat. Namun ternyata, saat pemeriksaan usia 34 minggu, saya sempat dicek menggunakan USG 2 dimensi itu, rupanya alatnya ditutup dengan rapi, sehingga tidak terlihat. Hanya digunakan saat diperlukan. Umumnya diusia kehamilan mendekati proses persalinan.
Pernah juga screening oleh dokter Obgynnya juga saat mendekati proses persalinan. 2 minggu sebelum HPL, ibu hamil termasuk saya, harus melakukan PCR untuk memastikan negatif covid. Setelah PCR itupun, apapun hasilnya, kita diminta untuk melakukan isolasi mandiri di rumah, agar tidak tertular menjelang waktu persalinan.
Alhamdulillah hasil PCR saya negatif. Dan ternyata, waktu persalinan saya maju sekitar 9 hari. Dari waktu PCR ke persalinan sekitar 7 hari. Katanya kalau sudah lebih 10 hari, saya wajib untuk tes antigen.
Proses persalinan anak kedua saya ini lumayan lebih lama. Mulas dan bercak darah pertama di hari selasa pagi, sekitar jam 9 pagi ke puskemas yang ternyata masih bukaan 3. Sampai sore bukaan tidak beranjak, yang akhirnya saya diminta untuk pulang dulu. Makan, mandi dan istirahat dulu.
Ada yang menarik saat saya menunggu kontraksi di puskesmas siang hari. Ternyata ada yang bersiap melahirkan yang positif covid, sehingga melahirkan dengan tata laksana covid. Bidannya yang membantu proses persalinan, menggunakan APD lengkap. Saya sempat bertanya ke bidannya, karena memang ruangannya di sebelah ruangan tempat saya menunggu. Kata bidan itu, sang ibu datang ke puskesmas sudah dalam keadaan pecah ketuban. Saat dites antigen, ternyata sang ibu dan bapaknya positif covid. Seharusnya, pasien ibu hamil yang akan melahirkan dengan positif covid akan dirujuk ke RS rujukan covid, namun karena kondisi sang ibu sudah tidak memungkinkan dan tidak cukup waktu untuk proses merujuk, akhirnya mau tidak mau, tindakan harus segera dilakukan. Saat bayinya lahir, juga dites antigen dan untungnya sang bayi negatif covid. Bisa dibayangkan ya, bayi kecil mungil nan cantik itu, sudah harus dites antigen, 2x pula. Yang pertama oleh puskesmas dan kedua oleh pihak RS rujukan. Akhirnya setelah selesai melahirkan, mereka dirujuk ke RS rujukan covid terdekat (RS Kebayoran baru).
Sekitar jam 11 malam, kontraksi sudah tak tertahankan, saya pun kembali diantar suami ke puskesmas. Ternyata sudah bukaan 6. Tidak lama, Alhamdulillah anak kedua saya lahir pada hari rabu, 4 Agustus 2021 jam 00.15 dini hari dengan usia kehamilan 39 minggu.
Begitulah kurang lebihnya, pengalaman saya dalam melakukan pemeriksaan kehamilan di masa pandemi. Semoga bisa diambil manfaat dan pelajarannya bagi kita semua.